Minggu, 14 September 2014

RESTART

Kadang tawa hadir di wajahku, lalu berubah mendung, dan akhirnya wajahku menganak sungai. Terlalu banyak rahasia yang kusimpan, demi sebuah keyakinan yang membuatku bertahan. Kuakui aku naif, aku sering tersenyum walaupun di dalam rasanya perih. Aku sering mengatakan bahwa aku baik-baik saja walaupun di dalam hati aku menyimpan harap agar ada seseorang yang menghiburku.


source: google.com


Mungkin ada yang merasa perubahan ini, karena sungguh aku tak pandai menyimpan perasaan. Tapi lagi-lagi aku menampiknya hanya karena aku tidak ingin orang lain tahu perasaanku. Dan kini aku sampai pada titik lelahku, di mana kurasakan sendiku kebas untuk kembali berpura-pura.

Sudah kuputuskan, bahwa aku akan mengembalikan semuanya menjadi seperti semula, saat hati ini masih polos tanpa kemunafikan. Akan kubuat semua kembali ke titik nol, hingga kubiarkan semua secara bertahap mengisi kekosongan ini.

Telah kutinggalkan semua harap semu, kubiarkan lesap ditimpa air mata ini. Kutinggalkan tawa sumbang untuk bisa tersenyum tulus. Kutinggalkan semua harap untuk belajar menerima realita. Saat ini aku sadar bahwa waktuku terlalu berharga untuk kuhabiskan bersama orang yang kutahu kelak akan melupakanku. Bukan karena aku kehilangan harapan, tapi telah kupasrahkan semua pada invisible hand yang akan menuntunku pada sebuah jawaban...

Source: google.com

This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar