Kamis, 07 Mei 2020

Mengulik Beasiswa Pascasarjana : LPDP Afirmasi Alumni Bidikmisi Tahun 2019 Bagian 1

Seperti janjiku di postingan sebelumnya, dimana aku sempat menuliskan sedikit pengalamanku mengikuti beasiswa LPDP dan lolos menjadi awardee, di postingan ini aku akan mengulik semua detail ceritanya. Tulisan ini akan menjadi tulisan refleksi yang mungkin bisa kamu ambil hal-hal penting untuk dicatat sebagai tips dan trik mengikuti seleksi beasiswa pendidikan Indonesia LPDP. Tulisan ini akan kubagi dalam 2-3 bagian, supaya tidak terlalu panjang web pagenya dan menyakiti mata kalian dalam membacanya. Tulisan ini juga ditulis berdasarkan panduan seleksi beasiswa BPI LPDP Tahun 2019. Peraturan setiap tahun berbeda, dan jika ada yang salah atau luput kutliskan mohon bisa diingatkan dengan menulis di kolom komentar ya :)


First of all, lagi-lagi keinginanku untuk melanjutkan studi pascasarjana ini datang dari seorang sahabat yang bercerita kalau dirinya ingin melanjutkan studi pascasarjana. Waktu itu kami lagi pusing dengan tugas Magang, KKN, dan skripsi. Di masa-masa penuh tekanan itu awalnya aku hanya menganggap lalu omongannya, dan sedikit berkomentar di dalam hati, "ngapain sih sekolah mulu".

Tahun 2017 saat aku sedang mengerjakan penelitian dan skripsi, aku kembali menemukan kenyamanan dalam belajar. Ya karena skripsi dan penelitian yang kuambil adalah memang bidang yang kusuka, sehingga aku merasa nyaman mempelajarinya lebih dalam. Muncul lagi kesadaran bahwa apa yang sudah kupelajari selama mungkin 1 tahun belajar di konsentrasi ini (Epidemiologi dan Biostatistik) masih kurang, pasti ada kedalaman ilmu lainnya disini yang belum aku selami.

Setelah melewati semua stress dengan skripsi itu, aku berpikir bahwa melanjutkan studi pascasarjana bukan ide yang buruk. Awal tahun 2017 aku memutuskan akan mencoba mengikuti seleksi beasiswa LPDP. Apalagi begitu tahu bahwa LPDP menyediakan beasiswa afirmasi alumni Bidikmisi yang mana diperuntukkan untuk alumni Bidikmisi yang lulus dengan predikat cumlaude. Syukur Alhamdulillah, nilaiku saat lulus S1 cukup untuk mendaftar beasiswa ini.

Setelah syarat utama itu terpenuhi, aku mulai mempelajari syarat-syarat lainnya, aku belajar dari googling di internet dan mempelajari panduan tahun 2017. Walaupun akhirnya aku baru mendaftar di tahun 2019, karena tahun 2018 aku mengikuti program Pencerah Nusantara.

1. Menulis Esai

Jujur saja, aku kurang mengikuti perkembangan tahun 2018, namun tahun 2017 esai ini masih menjadi syarat. Dan banyak juga awardee (penerima beasiswa) LPDP yang menceritakan syarat esai ini. Ada beberapa tema esai yang harus disiapkan yaitu;

a) Kontribusiku untuk Indonesia;

Tema pertama esai ini bercerita tentang pengalaman berkontribusi pada masyarakat yang pernah aku lakukan. Di bidang ilmuku yaitu Kesehatan Masyarakat, membuatku memiliki banyak pengalaman langsung mendampingi masyarakat dalam memberikan edukasi terkait kesehatan. Saat itu aku bercerita bahwa aku pernah menerima dana hibah DIKTI untuk program pengabdian kepada masyarakat. Sasaran yang kutuju adalah kelompok pemuda yang akan kuberdayakan menjadi kelompok pemuda peduli kesehatan. Tulisan esai ini diakhiri dengan rencanaku setelah mendapatkan beasiswa pascasarjana dan kontribusi apa yang akan kuteruskan kepada masyarakat.

b) Sukses Terbesar dalam Hidup.

Tema kedua berisi bentuk kesuksesan versi diri kita sendiri, dan siapa yang berperan penting dalam membantu mewujudkan mimpi kita Misalnya saja, aku bercerita bahwa Bapak dan keluarga adalah motivasi terbesar dalam hidupku. Banyak cibiran dari orang lain terhadap keluargaku yang mengatakan bahwa orangtuaku banyak berhutang untuk membiayai sekolahku di kota. Kesuksesan terbesar dalam hidupku adalah ketika aku mampu mematahkan cibiran mereka bahwa aku bisa berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dengan beasiswa penuh dari Pemerintah. Bahkan di awal penerimaan beasiswa bidikmisiku, santer terdengar di seluruh desa bahkan hingga ke desa sebelah, bahwa aku adalah orang pertama di desa bahkan di kecamatan (mungkin) yang berhasil memperoleh beasiswa ini. Ditambah keberhasilan aku untuk lulus pendidikan sarjana.

Kedua jenis esai itu ditulis dengan beberapa kali revisi, bergantung pada pencapaian apa yang sudah dialami dan mana yang paling bekontribusi dalam mendukung alasan kita untuk melanjutkan studi dengan beasiswa LPDP.

2. Menulis Motivation Letter

Motivation letter ini berisi :
a. Paragraf 1  : kenapa jurusan itu kamu pillih
b. Paragraf 2 : latar belakang pendidikan kamu dan mata kuliah apa yang akan mendukung atau linear dengan jurusan pilihan S2 nanti.
c. Paragraf 3 : pengalaman kerja, volunteer, dan kemampuan organisasi, ini penting diseleraskan dengan jurusan yang kamu pilih
d. Paragraf 4 : kenapa memilih Universitas tersebut dan apa keuntungan universitas tersebut dengan menerima kamu
e. Paragraf 5  : 1 atau 2 kalimat saja,  mengenai kamu menunggu kabar baik dari mereka.

Aku mengutipnya dari beberapa sumber dan jujur saja aku belum memulai menuliskan motivation letter. Karena tahun 2017 aku hanya menyiapkan 2 esai, kalender hidup, dan brosur-brosur penerimaan studi pascasarjana di dalam dan di luar negeri.

3. Rencana Studi dan Proposal Studi

Tahun 2019 setelah aku selesai di Pencerah Nusantara, bertepatan dengan pembukaan Seleksi Beasiswa LPDP. Tahun 2019 ada banyak perubahan dibandingkan tahun 2017 yang pernah kupelajari. Yang pertama, tidak ada esai dengan dua tema yang sudah kusebutkan di poin pertama. Kedua, tidak ada LGD (leaderless group discussion) yang mana sesi ini banyak dikhawatirkan. Ketiga, ada tambahan proposal studi. Keempat, menulis esai on the spot yang biasanya ada di sebelum LDG, ditempatkan saat SBK (Seleksi Berbasis Komputer).

Aku kurang tahu dengan mekanisme seleksi tahun 2018, namun aku baru dengar Proposal Studi itu. Sengaja pembahasannya kugabungkan dengan rencana studi, untuk mengetahui letak kesamaan dan perbedaannya yang mungkin tipis.

a. Rencana Studi

Ada beberapa hal yang perlu ditulisan di rencana studi, dan poin-poinnya sudah dijelaskan oleh LPDP, sehingga tidak banyak kesulitan untukku menuliskan hal ini. Pertama, rencana perkuliahan. Ini berisi rencana universitas yang akan kita pilih beserta justifikasi rasionalnya (berdasarkan akreditasi, reputasi universitas, rancangan kurikulum, beban studi, lama studi, rencana memulai dan mengkahiri studi, gelar, dan sebagainya). Tahun 2019 kita diberikan pilihan 3 program studi di maksimal 3 universitas berbeda. Namun aku hanya memilih 2 universitas.

Oya, ada perbedaan dalam menulis rencana studi, proposal studi, dan semua dokumen tertulis lainnya bergantung pada pilihan negara tujuan studi. Apakah di dalam negeri atau di luar negeri. Kalau di luar negeri biasanya disesuaikan dengan bahasa yang digunakan saat perkuliahan dan yang disayaratkan oleh kampus tujuan.

Karena aku memilih universitas di dalam negeri, jadi cukup menggunakan Bahasa Indonesia saja. Lanjut, rencana perkuliahan ini berisi alasanmu memilih program studi di universitas itu dan apa keuntungannya dibandingkan jika kamu memilih studi di semua universitas lain di dunia. Kebetulan, aku memilih program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat konsentrasi Epidemiologi Lapangan (Field Epidemiology Training Program) di mana di seluruh dunia tidak ada program studi sejenis ini yang menawarkan master degree.

Memang banyak bidang ini dibuka oleh universitas lain di seluruh dunia, namun hanya berbentuk courses (kursus) tanpa gelar. Sementara di Indonesia ada beberapa universitas yang membuka bidang ini sebagai bidang keahlian khusus. Dan universitas yang kupilih adalah dua universitas pencetus pertama bidang studi ini di Indonesia dengan kerjasama Kementerian Kesehatan RI.

Selain itu kita juga perlu menuliskan rancangan kurikulum dan SKS selama perkuliahan secara detail di setiap semesternya. Ini bisa kita cek di website universitas, beberapa universitas mencantumkan rancangan kurikulum mereka dengan jelas di website, namun beberapa tidak. Satu universitas pilihanku tidak mencantumkan hal ini, sehingga aku perlu bertanya kepada alumni universitas tersebut (di jurusan yang sama). Mudah saja, dengan pencarian google, sudah banyak mahasiswa yang menulis blog dan disitu kamu bisa menghubunginya melalui email.

Hal kedua yang harus dituliskan adalah topik tesis. Disini kamu harus menuliskan rencana penelitian yang akan kamu ambil untuk menyelesaikan studi, atau proyek (di beberapa jurusan menggunakan ini sebagai syarat lulus, dibandingkan tesis). Tidak perlu berbentuk proposal, cukup tuliskan dalam 1-2 parafraf tentang latar belakang, tujuan, dan manfaat penelitian yang akan kamu ambil.

Ketiga, rencana aktivitas di luar kuliah. Disini kamu bisa menuliskan misalnya "saya akan mengikuti organisasi, membantu penelitian dosen, mengikuti pelatihan, dan sebagainya". Intinya adalah hal-hal yang dapat mendukung kemampuan akademis kamu, di luar perkuliahan.

b. Proposal Studi

Nah letak perbedaan antara rencana studi dan proposal studi adalah poin yang dijabarkan. Di proposal studi kamu harus menjelaskan tentang; pertama, justifikasi rasional pemilihan program studi. Disini kamu perlu menjelaskan latar belakang pemilihan program studi. Bisa berdasarkan riwayat pekerjaan kamu, riwayat pengalaman kamu, dan lainnya. Kedua, justifikasi rasional pemilihan perguruan tinggi. Hal ini agak sama dengan rencana studi, namun lebih detail. Misalnya struktur mata kuliah, reputasi alumni, dan sebagainya.



Ketiga, justifikasi rasional area disiplin ilmu. Nah, disiplin ilmu ini bisa dilihat di panduan dan di aplikasi seleksi beasiswa. Biasanya kita akan diminta memilih disiplin ilmu baru bisa memilih jurusan. Disiplin ilmuku adalah di kesehatan terapan. Jadi yang kita jelaskan ini adalah alasan mengapa bidang ilmu yang kita pilih itu penting. Ingat, kita sedang melamar beasiswa, dan hal ini sama dengan ketika kita mengajukan proposal bisnis.


Negara akan mengeluarkan banyak uang untuk pendidikan kita, lalu apa yang akan negara dapat (atau harapkan) dari kita.



Keempat, relevansinya terhadap kebutuhan institusi asal maupun pembangunan nasional. Kalau posisinya kamu sedang bekerja dan berencana akan mengambil kuliah, maka kamu harus pertimbangkan bidang yang sedang kamu kerjakan di institusimu. Hal ini memungkinkan kita bisa mengambil jurusan yang berbeda dengan jurusan sewaktu sarjana, karena bisa saja kita mendalami bidang lain sewaktu bekerja. Untuk pembangunan nasional, kamu bisa pelajari RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang berjangka 5 tahun, atau Rencana Pembangunan Nasional yang berjangka 10 tahun. Jika bidang ilmumu masuk dalam program yang akan dikerjakan pemerintah dalam waktu 5-10 tahun mendatang, kamu seharusnya bisa "menjual potensimu" sebagai anak bangsa yang memiliki kemungkinan berkontribusi untuk negara, jika kamu mendalami bidang ilmu itu lebih dalam melalui studi percasarjana.

Yang kujelaskan di atas bisa saja berbeda, bergantung pada ketentuan yang berlaku dalam seleksi LPDP tahun itu. Namun jika teman-teman membutuhkan contoh proposal studi, rencana studi yang membuatku lolos menjadi awardee LPDP, teman-teman boleh menghubungiku melalui email fitriana.puspitarani@gmail.com ya. Aku hanya akan menanggapi email yang sopan dan jelas, karena hal itu adalah dasar komunikasi yang harus kita pelajari sebagai orang yang berpendidikan.

Oke, tulisan ini akan berlanjut ke bagian selanjutnya. Bagian yang panjang ini akan kuselesaikan di bagian pertama ini, dan di bagian selanjutnya aku akan bercerita mengenai syarat adminisrasi lainnya yang harus dipenuhi untuk mengikuti seleksi administrasi LPDP. Bagian kedua akan bercerita mengenai Seleksi Berbasis Komputer dan jika tidak terlalu panjang akan sampai pada Seleksi Substantif yang mana merupakan pintu besar terakhir dari seleksi LPDP.


0 komentar:

Posting Komentar