Arah... ya, aku butuh petunjuk arah itu sekarang. Ketika aksaraku beku, jariku kaku dan aku tergugu.
Jika kuputar waktu kembali ke masa lalu, aku ingat bahwa aku telah mengubah arah. Dan aku terus berharap bahwa arah mata angin akan membawaku pergi jauh dari asalku.
Tapi ternyata aku keliru, mimpiku masih tertinggal di tempat itu, di tempat yang dulu menambatkan asaku, sesuatu yang kukira akan menjadi arahku dalam menapak. Ternyata aku salah kawan, itu hanya salah satu jarum dalam kompas yang tak berujung. Jika kau tau maksudku, kompas itu bernama harapan. Dengan waktu yang tetap merangkak pelan, kompas itu seakan semakin membesar dengan banyak jarum di dalamnya. Manakah jarum yang harus kupilih? manakah jarum yang akan mengantarkanku pada arah yang benar?
Hidup adalah pilihan, dan celakanya aku benci jika pilihan itu tak terhitung jumlahnya. Aku butuh arah, rambu-rambu agar aku tak salah langkah. Karena aku sungguh takut, aku takut akan melangkah sendirian karena arah yang kuambil adalah salah. Aku takut karena kesalahanku, sehingga mereka, orang-orang yang bersamaku akan meninggalkanku secara pelan.
Aku tau bahwa saat ini akhirnya akan tiba. Mungkin kesalahanku karena telah melempar batu pada jalan di belakangku, jalan yang telah lama kutinggalkan. Dan kini batu itu memanggilku untuk dijemput. Haruskah aku kembali ke jalan itu?
Sabtu, 14 Juni 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar