Sabtu, 31 Desember 2016

Kaleidoskop Tahun 2016 dan Resolusi Tahun 2017

Hai readers, gak kerasa udah akhir tahun aja. Tulisan ini mulai kutulis di sebuah kafe di sekitar kampus saat malming tanggal 24 Desember 2016, hasil diseret-seret sama teman kos *lebay* buat nongkrong malam di luar karena kos sudah mulai menjelma kuburan saking sepinya. Sebenernya sudah lama kepikiran buat mulai menghimpun bahan untuk tulisan di blog ini. Tapi mengingat seringkali pulang ke kos dalam keadaan linglung saking bingungnya ngadepin tekanan mahasiswa akhir (read: ngencani skripsweet) akhirnya kependam juga lah keinginan nulis di blog ini.

Well, bisa dibilang apa yang kuprediksikan tahun lalu itu benar seperti yang kutulis di sini, tahun 2016 benar-benar menjadi tahun supersibuk buatku. Karena agenda padat sebagai mahasiswa tingkat akhir yang memaksaku lebih banyak beraktifitas di luar kelas. Tapi yang paling kuingat, aku mengawali tahun 2016 dengan kegagalan. Iya, aku banyak sekali mengalami kegagalan. Di tulisanku tahun lalu, aku mengatakan bahwa aku masih ingin berkompetisi, kalau bisa malah ke LN. Tapi gimana mau ke LN kalau di dalam negeri aja aku gagal.

Gagal dalam hal apa sih? yah, aku gagal dalam beberapa kompetisi keilmiahan. Udah lebih dari 5 kompetisi yang kuikuti di awal tahun, dan gak ada yang masuk finalis. Sampe seorang teman menasihatiku, "Kamu sadar dong, mungkin bukan ranah kamu makanya kamu gagal terus." Duh duh... sedihnyaa...

Tapi, di pertengahan tahun, aku mengikuti kompetisi di fakultas.eh gak tahunya malah menang juara 1. Kalau dari dulu penasaran gimana rasanya pegang piala kejuaraan, sekarang setelah beneran pegang piala, ternyata rasanyaaa... biasa aja. Biasa? Ah sombong lu, iya beneran, biasa. Karena aku mikirnya keberhasilanku mungkin karena faktor keberuntungan, walaupun persiapannya lumayan serius sih :D Tapi mungkin benar apa kata temanku, mungkin bukan ranahku di bidang ini. Karena rasa senangnya saat memperoleh piala gak sebesar ketika satu bukuku terbit, walaupun buku keroyokan sama temen-temen penulis.

LKTIM FIK 2016

Oh ya, tentang kemalanganku yang lainnya di awal tahun, aku di PHP in sama penerbit yang menerbitkan novel ketigaku. Jadi di akhir tahun 2015 itu ternyata novel ketigaku terbit, dan aku baru dikabari di awal tahun 2016. Sedih gak sih? Iya itu mungkin risikoku yang menerbitkan buku lewat agen. Jadi aku ga secara langsung berhubungan sama penerbit. Terlebih aku sudah menerima kontrak jauh-jauh sebelum terbit, dan ga ada proses lanjutan kayak biasanya (misalnya editing, seleksi cover, merancang strategi promosi dll) seperti penerbit lainnya.

Aku tahu mengenai terbitnya novelku justru karena beberapa pembaca ada yang mengirim pesan di akun FB ku. Duh dekk... maafin kalau responku biasa aja, karena saat itu aku benar-benar ga ngerti bentukan novelku kayak apa, tak search di Google juga ga ada. Jadi aku cuma bisa ngontak agenku dan beliau memberikan nomor orang penerbit. Aku bahkan sampe minta tolong ke pembacaku untuk mengirimiku foto bukuku.

Akhirnya aku ngontak orang penerbit yang dikenalkan oleh agenku, kemudian Beliau berjanji akan mengirimkan 5 eksemplar bukti terbit ke alamatku. Udah tak kasih alamatku, eh lama banget ga ada kabar. Kukontak lagi, kata Beliau hape Beliau baru rusak sehingga semua data di hapenya hilang. Okelah aku bersabar lagi, kukirim kembali alamatku untuk Beliau mengirimkan buku-bukunya. Eh sampe sekarang ga ada kabar kuyy! akhirnya aku beli sendiri bukuku di indomaret.

Novel ketiga: Love Maker

Ya sudah, semua kekesalan dan kekecewaan itu menguap dengan banyaknya kesibukanku di kampus. Semester 6 benar-benar bikin gila. Di saat banyaknya tugas kuliah semester 6, masih direcoki persiapan magang dengan mencari institusi yang mau menerima mahasiswa magang macam saya, eh ada persiapan KKN juga yang menguras pikiran. Padahaaaal... magang dan KKN itu mata kuliah semester 7.

Di awal perkuliahan, ada agenda mengasyikkan sih, pelatihan entomologi selama 3 hari di balai vektor. Yang bikin aku tertarik ikut kegiatan ini, aku penasaran gimana caranya membedah nyamuk yang gedenya segitu itu. Meskipun bayarnya mahal, tapi sebanding lah dengan hasil yang diperoleh. Asramanya bagus (sekelas motel lah), tutornya ramah-ramah, didukung dengan kondisi lingkungan Kota Salatiga yang adem anyesss banget, bikin betah ga mandi wkwk. Inilah juga alasanku bersama 9 teman lainnya mengajukan proposal magang ke tempat ini. FYI, ternyata kelompok magangku yang pertama kali menyiapkan proposal, dikira temen-temen kita nyuci start, padahal ya emang bener wkwk. Kami sadar dari lama, balai vektor Salatiga ini jadi langganan mahasiswa dari jurusanku, jadi harus cepat kalau mau dapat ijin magang disana.

Bedah Nyamuk di Balai Vektor Salatiga :D

Dari 10 orang di kelompok magangku, akhirnya cuma ada 7 orang yang diajukan untuk magang di balai vektor. Terserah lah, ada hal lain yang perlu kuperhatikan juga. KKN, kuliah-kerja-nyata yang benar-benar menyadarkanku kalau aku perlu punya kenalan di luar fakultasku. Aku punya sih beberapa, tapi kebanyakan dari mereka berasal dari jurusan kependidikan, bukan ilmu murni. Padahal kalau mau KKN harus sama bidang ilmunya (kependidikan saja atau murni saja). Bener-bener susah nyari teman KKN (karena aku mendaftar untuk KKN alternatif, which is semua anggotanya nyari sendiri, begitupun lokasinya). Ternyata 2 tahun di organisasi fakultas gak membuatku punya relasi banyak (dari luar fakultas tentunya).

Kelompok KKN alternatif yang kubuat, gagal. Aku waktu itu agak apatis, ternyata aku ketinggalan jauh, banyak kelompok alternatif yang sudah penuh anggotanya. Lebih sedih lagi, karena impian KKN bertiga (aku, Nilna, Asih) harus pupus karena Asih udah gabung sama kelompok KKN alternatif lainnya. Eh ada satu hari aku dikabari teman dari peminatan kesehatan lingkungan, kalau salah satu dosen kami menawarkan rekruitmen mahasiswa KKN-PPM (kuliah kerja nyata pembelajaran pemberdayaan masyarakat). Naah ini dia yang aku sama nilna tungguin. Dari akhir tahun 2015, kami memang sudah kepingin ikut KKN jenis ini. Karena menurut informasi, KKN ini dibiayai sepenuhnya sama dosen, malah katanya setiap mahasiswanya dapat fee. Yah, bagiku ini sedikit membantuku, karena untuk magang saja aku harus membayar institusi, aku gak punya persiapan uang untuk KKN,

Aku sama Nilna akhirnya mendaftar KKN-PPM, tapi katanya harus nunggu info selanjutnya terkait seleksinya. Ya sudah, kami tunggu. Tapi kok, hampir sebulan dosen kami ga ngasih kabar? Duh... makin khawatir dong, batas pendaftaran kelompok KKN bentar lagi ditutup. Aku benar-benar ga bisa bayangin kalau harus ikut KKN lokasi, dimana seharinya bayar 30 ribu untuk tempat tinggal dan makan. Padahal KKN akan dilaksanakan dalam waktu 45 hari, belum iuran untuk progja. Heuheuu....

Ada seorang teman yang menawariku KKN alternatif, aku bilang ke nilna buat gabung ke kelompok itu, takutnya ga diterima KKN-PPM. Nilna sih keukeuh mau nungguin KKN-PPM aja. Ya sudah, awalnya aku ikut rapat kelompok KKN alternatifnya temanku. Waktu itu rapatnya di kafe dekat kampus, eh ternyata yang datang kebanyakan cowok. Mana ada yang ngerokok. Duuh bikin ga nyaman. Mereka asyik sih, langsung humble gitu. Tapi PR terbesar di kelompok ini adalah mereka belum menemukan lokasi KKN. Nahlohh... akhirnya aku ikut juga membantu mencari lokasi, keliling ke setiap kantor kelurahan menawarkan kelompok kami. Eh ternyataa... udah penuh semua sampai kelurahan dalam radius 20 km dari kampus. Gilaaaak!

Aku sih udah bilang ke mereka, kalau aku sudah lebih dulu mendaftar KKN-PPM. Jadi kalau aku diterima KKN-PPM, aku akan pamit dari kelompok mereka. Mereka mengiyakan, sampai aku ikut semua rapat selanjutnya hingga kami berhasil menemukan satu kelurahan yang bersedia menjalin kerjasama, dan menyusun program kerja. Sampai beberapa kali rapat, sudah banyak anggota yang mengundurkan diri, dan aku bertahan karena kasihan sama mereka. Mencoba berdedikasi dengan membantu mereka juga. Padahal, mereka semua orang yang asyik. Hampir ga pernah kami rapat tanpa canda tawa. Rapat kami selalu terasa seperti stand up comedy wkwk.

Setelah aku udah nyaman sama mereka, tetiba ada info dari dosen mengenai seleksi KKN-PPM, kami diminta membuat essay. Teringat komitmenku sebelumnya, aku tetap melanjutkan proses seleksi. Eh gak lama ada pengumuman, aku diterima masuk ke dalam kelompok KKN-PPM. Mirisnya, Nilna ga diterima. Padahal dia gak punya cadangan kelompok KKN lainnya, gak kayak aku yang sudah bergabung di kelompok lainnya.

Aku bingung, takut mengecewakan Nilna kalau aku tetap memilih KKN-PPM. Padahal ini adalah mimpi kami, dan Nilna sengaja menolak tawaran KKN alternatif demi bisa ikut KKN-PPM bareng aku. Saat diminta untuk datang di pertemuan pertama KKN-PPM, aku bahkan sudah akan memutuskan untuk mengundurkan diri dari KKN-PPM. Hari itu memang aku datang ke pertemuan itu dan sudah mendapatkan kelompok. Tapi hari berikutnya, aku mengirim SMS ke dosenku mengajukan pengunduran diri. Sengaja aku ga menuliskan alasannya, ya masa aku harus bilang kalau ini alasan "kesetiakawanan". Beliau menolaknya dan memintaku memberikan alasan yang logis.

Akhirnya, dengan banyak dikasih nasihat sama teman dan juga Nilna yang akhirnya ngasih restu, aku pun membatalkan pengunduran diriku dari KKN-PPM. Tapi aku masih takut, kalau Nilna marah sama aku. Padahal kami akan bersama selama 30 hari saat magang nanti. Untungnya, Nilna mendapatkan tawaran bergabung di kelompok KKN alternatifnya Asih. Dia menerimanya, dan aku bisa lega karena dia sudah mendapatkan kelompok KKN, bareng Asih pulak.

Sebelum semester 6 berakhir, kami semua mahasiswa sejurusan seangkatan diminta untuk membuat proposal skripsi. Saat semester 6 ini juga dosen pembimbing diplotkan. Kukira benar adanya pepatah bahwa, "apa yang kita takutkan, itulah yang akan kita hadapi". Ada satu dosen yang seringkali kucibir namanya karena kesal sama Beliau, eh malah aku sendiri dengan penuh kesadaran meminta Beliau untuk menjadi dosen pembimbingku. Alasannya karena menurutku, cuma Beliaulah yang sesuai untuk membimbing judul yang kuajukan. Dan aku yang awalnya sangat membenci lalat, akhirnya harus berkawan dengan lalat untuk judul skripsiku :D

Semester 6 pun akhirnya berlalu, dan aku menjalani serangkaian proses akademik selanjutnya yaitu magang selama 30 hari di Bulan Agustus, dilanjutkan KKN selama 45 hari di Bulan September-oktober, dan PKL selama 15 hari di bulan November. Semuanya punya kisah sendiri-sendiri, tapi aku merasa di semster 7 inilah kuliah yang sebenarnya. Apa yang kami dapatkan di kelas-kelas perkuliahan yang menjemukan ternyata masih kurang banyak. Aplikasi di masyarakat itulah kuliah yang sebenarnya. Banyak cerita, banyak suka dan duka, dan yang paling penting, aku memiliki keluarga baru dan relasi baru.

Magang Balai Vektor Salatiga
Full team magang

Selama magang dan KKN, aku sempatkan melakukan bimbingan proposal skripsi. Beruntung dosen pembimbingku sangat mendukung kelancaran prosesnya juga. Di pertengahan periode KKN, aku bahkan sempat ke Surabaya untuk mengisi acara bedah jurusan Campus Starter sebagai speaker di kelas kesehatan masyarakat. Bagai de javu, tepat setahun sebelumnya aku berharap bisa kembali ke Surabaya, dan ternyata mimpiku menjadi kenyataan. Meskipun harus berangkat sendiri ke Surabaya, aku dipertemukan dengan orang-orang baik yang seru. Dua orang teman sekamarku sesama speaker, adalah dua orang baru yang seperti sudah kenal lama denganku. Kami langsung bisa akrab dengan ciri khas maisng-masing. Gak ada yang malu-malu mengeluarkan identitas dirinya. Merekalah Santi, mahasiswa ITB asal Solo, dan Mbak Gea, sarjana fisioterapi asal Kalimantan. Dan di kesempatan ini juga aku bisa bertemu kembali sama Yuna, kawanku dari UNAIR yang dulu bertemu sewaktu mengikuti lomba di UB.

Bersama 3 speaker kece 

Sesi presentasi (4x presentasi men!) di SMA Al Hikmah Surabaya

Bersama peserta kelas Kesmas entah gelombang ke berapa :D

Kembali ke Semarang, kembali ke rutinitas di lokasi KKN. Lokasi KKN ku itu di Desa Ngesrepbalong Kabupaten Kendal, gak terlalu pelosok sebenarnya, tapi di posko kami sinyal ga ada manteman! Harus dengan cara-cara tertentu, sinyal baru mau nyaut ke hape. Misal nih: menempelkan hape ke jendela kamar, atau berdiri di bawah pohon di luar rumah. Yah, sebenarnya enak hidup tanpa hape, tapi di jaman sekarang dimana komunikasi dimudahkan dengan adanya telepon seluler, kelangkaan sinyal ini mengganggu beberapa hal. Saat KKN ini sebenarnya aku merasa banyak ujian yang datang. Musibah lah, bisa dikatakan begitu. Tapi aku tak berniat mengingatnya sehingga aku tak menuliskannya disini. Bagiku, hanya kebahagiaanlah yang perlu dibagi, kesedihan disimpan dengan beberapa orang saja. Karena setiap orang sudah punya masalah sendiri-sendiri, tak ada manfaatnya menambah masalah mereka.

30 mahasiswa KKN-PPM 2016

Setelah KKN berakhir, ternyata Tuhan masih punya rencana lain. Bisa dibilang ini balasan untukku yang terus menerus gagal dalam mengikuti kompetisi. Tapi kali ini aku mengikuti kompetisi bisnis, sebuah pengalaman yang benar-benar baru. Padahal aku orangnya gak terlalu tertarik dengan wirausaha, tapi berkat Nurdin, teman KKN-ku yang mengajakku untuk ikut kompetisi ini, aku jadi mencintai dunia wirausaha. Alhamdulillah, kami lolos 5 besar dari ratusan pesaing. Padahal sebagian besar isi proposal aku yang menulisnya, dengan bahasa ala anak kesehatan, aku menulis proposal bisnis dengan sedikit membahas masalah kesehatan. Padahal ide kami gak ada sangkut pautnya sama kesehatan wkwk.

Di depan stand bazar kami

Yang paling seru dari kompetisi ini adalah, sebelum presentasi untuk grand final kami diberikan coaching mengenai kewirausahaan di bidang start-up digital. Yang mengisi coaching adalah orang-orang hebat, dari Telkomsel, Suara Merdeka, dan mereka yang telah sukses di bidang start-up digital. Berbeda dengan kompetisi ilmiah yang biasa kuikuti, kompetisi bisnis menuntut diri berkreasi sebebas mungkin. Presentasi dibuat serenyah mungkin dengan tampilan PPT paling menarik. Benar-benar menarik. Karena kompetisi ini diadakan oleh pemerintah Kota Semarang, jadi kami benar-benar difasilitasi. Kami disedikan stand bazar beserta backdrop-nya, berlokasi di hotel bintang lima, dan semuanya gratis. Kecuali sewaktu pendaftaran ya. Yang paling menantang dari kompetisi ini adalah, banyak investor yang datang dan akan menawarkan kerjasama. Besar harapan kami untuk bisa dapat investor, walau gak yakin bisa bagi waktu buat ngurus bisnis wkwk.

Tapi aku dan teman-teman satu tim adalah orang-orang yang baru belajar di bidang bisnis, sehingga kami tidak berharap banyak. Kami sudah berusaha semaksimal yang kami mampu, tapi mungkin kami masih harus banyak belajar. Komentar juri lumayan pedas dan sempat membuat kami down, tapi ternyata bukan hanya kami yang dikomentari pedas, tapi hampir semua tim. Itu sedikit melegakan untuk kami. Hari kedua saat pemenang diumumkan, kami mendapatkan predikat sebagai juara harapan II which is berarti kami adalah juara terakhir dari 5 besar. Kami masih sedikit bersyukur, karena sebelumnya kami telah mengalahkan ratusan pesaing.


Alhamdulillah :)
Setelah KKN selesai, ternyata aku belum bisa santai nih. Masih ada PKL yang modelnya hampir sama kayak KKN tapi bedanya program kerja kami khusus untuk bidang kesehatan saja. Jadi kami ditempatkan di daerah yang bermasalah kesehatan. Malah sebelum terjun ke lapangan kami sudah berkali-kali diperingatkan mengenai masalah penyakit menular disana (TBC paru, diare, dsb) juga masalah keamanan yang rawan. Duh ngeri deh. Posko kami benar-benar dekat dengan hutan milik Perhutani. Jika ingin ke desa sebelah kami harus melewati hutan setidaknya 10 menit. Tak ada yang berani keluar setelah pukul 16.00, meskipun kami diberitahu bahwa begal lebih banyak terjadi mulai pukul 14.00. Tapi jika melewati hutan saat malam hari, siap-siap tahan napas aja deh melihat deretan pohon tinggi di kanan kiri, juga jurang yang entah dalamnya seberapa.

Tapi yang lebih penting dari semua, ternyata kekhawatiran kami mengenai masalah di tempat PKL kami tidak seburuk yang kami pikirkan. Kami aman selama disana, warganya baik semua, hanya saja masih kurang peduli dengan pembangunan SDM di tempat tinggal mereka. Mungkin karena jarang tersentuh oleh mahasiswa. Tapi justru dengan adanya kami, warga malah baik banget sering ngasih makanan ke posko kami wkwk.

Full team PKL 

Daan... kebahagiaan terakhir di akhir tahun adalah, aku di-acc kedua dosen pembimbingku untuk mendaftar ujian proposal skripsi. Sebenarnya sudah dari Bulan Oktober aku sudah diminta mendaftar ujian, tapi aku baru sempat mengurus administrasinya di Bulan Desember. Dan tahu apa, ternyata angkatanku yang sudah mendaftar ujian proposal skripsi hanya AKU. Bahkan dosen panitia ujiannya mengira aku terlalu cepat mendaftar. Beneran deh, aku gak berniat cepat-cepat, malah menurutku aku sudah sedikit terlambat. Kakak tingkat kami malah sudah hampir separuh yang mendaftar ujian proposal skripsi di akhir tahun. Aku mendaftar ujian proposal skripsi karena memang sudah waktunya. Dosen malah sampai beberapa kali menolak permintaanku untuk bimbingan karena menurut Beliau aku sudah siap untuk maju ke ujian proposal 😂

Aku kira jika aku mendaftar Bulan Desember, ujianku akan dilaksanakan di Bulan Januari. Eh ternyata, karena sedikitnya pendaftar, ujianku dijadwalkan di bulan ini juga. Jadilah aku harus menunda kepulanganku ke rumah untuk persiapan ujian. Tapi jadwal ujianku yang semula dijadwalkan tanggal 27 Desember, oleh dosen pengujiku diminta untuk dimundurkan di Bulan Januari 2017. Huft, sedikit melegakanku karena lebih banyak waktuku untuk memersiapkan diri. Apalagi setelah melihat sidang skripsi kakak tingkat, aku merasa harus banyak bersiap diri untuk gempuran pertanyaan dari penguji saat ujian proposal skripsi nanti.

Tahun 2016, aku gak terlalu produktif menulis, meski ada beberapa tulisan yang kuterbitkan bukan dalam bentuk buku. Tapi ada keinginan besar untukku kembali menulis dan menerbitkan buku. Aku juga gagal dalam reading challenge-nya Goodreads, padahal targetnya cuma 50 buku setahun wkwk.

Jadi, bisa tahu kan apa resolusiku di tahun 2017? tentu saja aku ingin segera merampungkan kuliah S1 ku. Ada banyak tawaran, rencana, dan harapan di tahun 2017, tapi aku merasa kehidupanku baru akan dimulai setelah lulus nanti. Memang aku merasa belum siap menghadapi dunia sebagai orang dewasa, tapi memang sudah saatnya. Tahun 2017 aku ingin lebih produktif menulis, minimal 1 cerpen atau 1 bab novel tiap bulannya. Setelah lulus S1 ingin segera bekerja, masalah kerja dimana, itu masih rahasia Tuhan ya ^_^

Tentunya, aku ingin siap menjadi orang dewasa, mandiri, dan semakin percaya diri. Aku bisa bertanggungjawab pada diriku sendiri, dan mengambil keputusan terbaik atas kemauanku sendiri.



(Selesai ditulis di Tegal, 31 Desember 2016)


Rani Puspita


4 komentar: