Fitriana Puspitarani.
Yah, itu nama asliku. Mungkin kalian sudah tahu begitu membuka blog ini dan melihat profilku di bagian kanan layar.
Ketika masih baru di dunia kepenulisan, aku mulai tahu istilah "nama pena". Yah, nama pena itu ibarat nama keren, nama beken, atau nama panggilnya seorang penulis. Kalau aku sih lebih suka menyebutnya sebagai nama samaran. Horor yee? wkwk :D
Yah, nama pena itu sedikit membantuku sebagai penulis pemula yang masih umpet-umpetan alias masih malu buat ngaku tentang hobi nulisku. Bukannya pesimis, mungkin banyak anak seusiaku dulu yang suka nulis, ngarang-ngarang cerita gitu. Tapi tetap saja bagi seorang pemula, mengaku sebagai penulis dan mengedarkan tulisan kepada teman-teman itu rasanya... duh perlu mikir satu dua kali lagi deh,
Dari dulu pembacaku hanya teman-teman sekelas. Sewaktu kelas 6 SD, tulisanku yang berupa puisi yang kutulis di sbeuah buku bergaris merk SI*U berharga 500-1500 rupiah, dibaca secara bergilir oleh anak-anak sekelas. Hanya beberapa sih yang baca. SMP aku gak nulis lagi. Baru saat SMP tingkat akhir, saat aku baru punya komputer di rumah, aku mulai menyelesaikan novel pertamaku berjudul "Cinta Dinda", kemudian sewaktu SMA kelas 10, muncul lagi novelku berjudul "Tragedi Cinta". Jangan minta aku mengulas isi novel itu ya, sumfeh itu novel melodrama banget. Kalau kami jijik sama roman alay, maka kusarankan jangan penasaran sama kedua novelku itu. Tapi buat yang penasaran, silakan ubek-ubek catatan di akun FB ku: Rani Puspita yang jaman baheula. Novel itu udah kurilis paksa sejak kapan tahu.
Singkatnya, di tahun 2012 saat pertama kali bukuku rilis (Ini buku antologi cerpen alias buku keroyokan berjudul Antologi Cerpen Patah Hati terbitan leutika Prio), aku terpaksa harus menggunakan nama pena untuk mengaburkan identitasku. Walaupun di bagian biodata, aku tetap menyantumkan nama asliku, nama kedua orangtuaku, alamat, tanggal lahir, dan nama sekolahku. Waktu itu nama penaku adalah Runy Ginevla. Nama ini juga yang akhirnya terkenal sampai tahun 2013 di dunia maya. Sekadar cerita, Runy Ginevla ini diambil dari berbagai kisah. Kata pertama "Runy" terinspirasi dari nama kontak teleponku di HP Bapak yang bertuliskan "Run". So sweet banget kan babeh gue :p <3 *nangisterharu
Terus tak tambahi huruf "y" di belakangnya biar makin sweet. Kemudian kata "Ginevla" diambil dari nama pertama salah satu tokoh di cerita Harry Potter. Iya, aku ini fanatik Harry Potter. Ngefansnya sejak kelas 1 SMP. Telat emang, lha dari dulu Bapak selalu nyuruh aku nonton filmnya, katanya filmya bercerita tentang penyihir yatim piatu. Bapak udah ngenalin dari SD, tapi berhubung dari dulu ni film tayangnya menjelang tengah malam, aku jadi gak pernah nonton sampai aku kelas 1 SMP.
Sejak pertama kali nonton, aku langsung jatuh cintrong *gedebuk*. Ginevla itu nama pertama dari Ginevra Molly Potter alias Ginny. Sebenernya aku lebih suka samaHermione, tapi karena udah baca spoilernya kalau Harry Potter akhirnya berjodoh dengan Ginny, mau gak mau aku berusaha berubah haluan ke Ginny, biar keikutan beruntungnya gitu. Ditaksir idolanya sendiri *waw*
Jadi nama Ginevra itu kuplesetin jadi Ginevla, biar gak plagiat banget.
Sempat juga dulu ganti nama pena jadi Aluna Sativa. Kata pertama "Aluna" gak ada filosofinya, aku cuma suka sama kata itu. Terus kata kedua "Sativa" itu nama genus dari Oryza sativa alias nama ilmiah padi. Filosofinya biar aku tetap merunduk atau rendah hati meski semakin tinggi. Nama itu cuma bertahan bebeapa minggu saja dan akhirnya aku kembali ke nama Runy Ginevla. Selama menggunakan nama itu, jarang banget orang nge-add FB ku. Jarang yang sai hai, sepi banget hidup gue. Selama pake nama ini pun, gak ada lagi bukuku yang terbit. Dan ketika kembali menggunakan nama "Runy Ginevla", karya-karyaku mulai ramai bermunculan ke permukaan.
Walaupun alay, nama inilah yang terkenal di mana-mana. 12 dari 13 buku antologiku terbit dengan nama ini. Dengan nama ini aku sempat aktif di grup menulis online di FB "Komunitas Penulis Muda", yang dimana aku menjadi salah satu admin disana tapi hanya bertahan 1 bulan karena suatu masalah sepele. Kemudian aku kembali aktif di grup menulis "Indonesian Writer University" yang dimana aku didaulat menjadi salah satu pembawa (beberapa orang menyebutku dosen) beberapa program disana.
Terus di tahun 2013, dimana dengan tanpa direncana dan tanpa kesiapan matang, tiba-tiba saja aku diminta ikut terlibat dalam penggarapan sebuah novel teenlit bersama Senseiku, Suyatna Pamungkas. Bocoran saja, novel ini (Judul: Back Pack Love) kutulis dalam rentang waktu 2 hari. Memang aku cuma menulis 50 halaman dari bagian tengah sampai akhir, berkat kepercayaan dan diskusi dengan sensei, akhirnya novel itu terbit juga. Di novel ini aku menggunakan nama asliku, cuma sedikit disingkat menjadi Fitriana P.
Bukannya aku tidak mensyukuri nikmat Tuhan dari nama yang diberikan kedua orangtuaku, tapi aku kurang suka dengan nama depanku yang cenderung pasaran. Bukan hanya nama pertamaku saja, nama belakangku juga agak pasaran. Udah gak kehitung deh protesku karena namaku lagi-lagi salah tulis jadi "Fitriana Puspitasari". Dulu waktu SD bahkan Bapakku sempat mengirim surat tertulis ke kepala sekolah memperingatkan tulisan namaku yang sering dalah dan diremehkan. Duh... lop yu pull beh <3
Aku terbiasa dengan panggilan "Rani" karena itulah nama panggilanku sejak kecil. Tanpa mengurangi hormat dan apresiasiku pada kedua orangtua, aku tetap memakai nama Puspita sebagai nama penaku, jadilah "Rani Puspita" yang kupakai sampai sekarang. Kenapa "Fitriana" dihapus? Satu, karena nama itu sudah sangat pasaran. Kedua, karena aku suka kata "Puspita" dan "Rani". Dan yang ketiga, aku lebih suka namaku terdiri dri dua kata dan singkat. Tidak seperti nama "Fitriana Puspitarani" yang pernah kuprotes pada ortu karena menyulitkanku saat pengisian LJK UN, dimana saat teman-temanku sudah mengerjakan 10 soal, aku masih berkutat dengan menghitamkan bulatan namaku. Hiksss....
Tapi bagaimanapun, aku tetap bersyukur punya nama "Fitriana Puspitarani" yang artinya "bunga Ratu yang suci. InsyaAllah, semoga aku bisa menjadi inspirasi untuk orang lain :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
BalasHapusMenarik sekali perjalanannya sebagai penulis ya. :)
Aku juga menggunakan nama pena, alasannya untuk privasi.
Well, aku mengerti perasaan sulit mengakui diri sebagai penulis, menurutku menjadi penulis itu seperti menjadi gay. Awalnya kau malu dan takut tidak diterima sampai akhirnya kau memutuskan berjalan di dunia ini tanpa peduli apa yang orang pikirkan karena kau mencintai menulis :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Kok bisa seperti gay? :D
HapusYa begitulah, sekarang saya bangga (cenderung kecil hati) jika disebut penulis :)