Akhirnya bisa posting lagi, dan lagi-lagi posting tentang "jalan-jalan" biar dikira anak zaman now :D
Alhamdulillah bulan ini kecapaian juga cita-citaku yaitu NAIK PESAWAT. Biarin deh dibilang kampungan, ya habis tinggal pesawat doang tuh moda transportasi umum yang aku belum pernah coba sebelumnya. Ga banyak alasan buat naik pesawat sih, habis dari nenek moyang asli Jawa semua :v
Oke, lupakan kekampungannya aku.
Jadi bulan Oktober ini adalah bulan "balas dendamku". Aku bilang balas dendam, karena sudah merasa sangat penat dengan Skripsi dan kerjaan yang saling kejar-kejaran sejak Bulan April, aku benar-benar gak punya waktu buat santai. Kerja 6 hari dalam seminggu, 1 hari dalam seminggu dipake buat ngurus Skripsi di kampus. Kalau gak kerja, sayang gaji yang bisa dipake buat bisa "hidup". Kalau gak ngampus, wah sampe lebaran monyetpun gabakal selesai itu Skripsi :D
Jalan-jalanku ke Bangka Belitung ini bukan karena aku banyak duit ya, alhamdulillah perjalanan yang makan biaya gak sedikit tapi ga terlalu banyak ini membawa misi sendiri. Ini nih misinya...
EKSPEDISI NUSANTARA JAYA 2017. Dulu waktu apply kegiatan ini, dihadapkan pada begitu banyak pilihan lokasi (34 provinsi di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke) dan aku langsung dengan mantap memilih Bangka Belitung. Setelah lolos dan memulai persiapan sejak Bulan Juli, aku jadi mikir, mending pilih lokasi yang dekat saja haha...
Oke, kalau kamu penasaran kegiatan apa itu, ENJ adalah kegiatan pengabdian yang diadakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman RI sebagai upaya perpanjangan tangan negara di daerah-daerah terpencil, terluar, perbatasan, dan wilayah timur Indonesia. Mengerahkan sebanyak 3068 pemuda-pemudi terpilih dan terseleksi dari lebih dari 10k orang yang daftar dan Alhamdulillah aku dipertemukan dengan belasan orang ini.
Kukira cuma aku yang punya alasan remeh memilih Bangka Belitung ini karena aku ingin merasakan negeri laskar pelangi, ternyata hei... kami semua pecinta Laskar Pelangi haha. Siapa sih yang gak kenal Andrea Hirata dengan buku tetraloginya yang fenomenal sejak buku pertamanya yang difilmkan berjudul "Laskar Pelangi"? Kalau kamu pernah nonton filmnya dan merasa tersentuh, mungkin gak jadi aneh kalau kalian rela pergi jauh dari kampung halaman ke pulau ini.
Tersisa 10 orang karena 4 lainnya pulang duluan |
Awalnya aku udah pesimis mau kesini sih karena lokasinya yang jauh dari tempat perahu kami berlabuh di Tanjungpandan. Dari Tanjungpandan kami harus menempuh perjalanan lebih dari 1 jam untuk sampai di Gantong, tempat tinggal Andrea Hirata dan keluarganya, tempat tinggal Ibu Muslimah, dan SD Muhammadiyah yang terkenal itu. Bukan tanpa alasan, sebelumnya belum ada gambaran kami mau transit dimana dan naik apa. Tapi rupanya semesta mendukung kami, bantuan datang dan membuat kami bersepuluh memantapkan dan menyiapkan diri dalam waktu sesingkat-singkatnya, begitu sampai di darat dan tiba di penginapan, cuma taruh tas dan koper langsung lanjut perjalanan.
Kami kelelahan di jalan dan akhirnya tertidur selama perjalanan. Tak lama selepas dhuhur kami tiba di daerah Gantong. Bahkan sejak pertama aku menginjakkan kaki di Bangka aku sudah merasa menjadi bintang film Laskar Pelangi haha. Entah kenapa suasana, kondisi jalan dan perumahan, semuanya mengajakku flashback ke film itu. Aku malah sangat berharap dihadang buaya di tengah jalan dan merasakan sensasi menunggu buaya itu nyebrang, eh malah ketemunya buaya darat hahaha *apasih*
Lokasi pertama yang kami datangi adalah Replika SD Muhammadiyah "Laskar Pelangi"
Sebelum masuk, bayar tiket dulu di samping gapuranya |
Begitu bus kami parkir aku langsung turun dan lari mendekat ke bangunan kayu di atas pasir putih itu. Apalagi dari kejauhan sayup-sayup dengar anak-anak kecil nyanyi lagu laskar pelangi yang dibawakan penuh semangat sama grup band Nidji. Wah sudah, saya kalap pemirsa hahaha. Apalagi berlari di pasir putih itu ternyata lumayan susah haha. Begitu masuk ke kelas, oke imajinasiku terlalu tinggi, ya jelas bukan mereka yang di film lah. Bintang film nya aja sekarang seumuran sama aku hahaha.
SD Muhammadiyah "Laskar Pelangi" dari pintu masuk |
Aduh, aku udah lupa nama mereka semua. Tapi katanya setiap hari sepulang sekolah mereka main disini. Mereka itu semacam penonton bayaran(?) eh bukan lakon bayaran(?) enggak tau sih mereka dibayar atau enggak, tapi katanya mereka dijemput dari rumah mereka kesini. Mungkin untuk menghidupkan suasana disitu jadi semirip mungkin dengan kondisi yang digambarkan di buku dan filmnya. Ah jatuh cinta deh sama pengelolanya, punya ide dari mana ini sampai bisa buat pengunjung senang. Akhirnya kami nyoba deh berdiri di depan berasa jadi ibu muslimah.
Bangunan ini terdiri dari 3 ruangan nih, 2 ruang kelas (tapi yang dibuka cuma 1 kelas), dan 1 ruangan semacam gudang. Dindingnya terbuat dari kayu yang betul-betul tidak rapat, lantainya tanah (atau pasir, aku masih bingung nyebutnya). dan yah... MIRIP BANGET. Yaiyalah, kan replika -___-
Ruang kelas kedua (read: kosong, motret dari ventilasi) |
Jadi, bangunan SD Muhammadiyah yang asli sudah dihancurkan sejak lama, karena sejak era reformasi sudah tidak ada lagi orangtua yang mau menyekolahkan anaknya ke SD itu. Itu info langsung dari Bu Muslimah ya gaes, satu dari dua tenaga guru yang digambarkan Andrea Hirata di novelnya.
FYI aja, aku benar-benar gatau kalau novel Laskar Pelangi ini diangkat dari kisah nyata, sampai aku tiba di Bangka Belitung dan bertemu maniak-maniaknya Laskar Pelangi ini. Dari lokasi pengabdian kami tuh Mona sering banget nyebut mau ke rumah Bu Muslimah, aku jadi mikir sangsi, "nih anak kesambet dimana, emang Bu Muslimah beneran ada?!"
Oke, selesai di SD Muhammadiyah Gantong ini kamipun pergi tanpa membawa anak-anak Laskar Pelangi itu karena ga dikasih ijin sama pengelolanya meskipun kami sudah kasih pensil 2B baru ke anak-anak itu.
Lokasi selanjutnya, kami dibawa ke Museum Kata Andrea Hirata. Tempatnya ga jauh dari replika SD Muhammadiyah itu, sekitar 10 menit lah. Waktu turun dari bus, aku sampai heran, ini kita mau kemana? Apa disuruh ke toilet umum buat cuci muka? (aku sampai ga tega ngaca karena tau muka berantakan). Eh setelah melihat ke balik bus, ternyata aku berdiri tepat di depan museum kata.
Maafkan ada mukaku :v |
Pas kami datang pengelolanya lagi istirahat, jadi kami gak masuk deh. Eh enggak juga ding, tepatnya kami sayang merelakan uang 50rb untuk masuk kesana. Maafkan daku, bang Andrea, bukannya gak sayang sama dirimu, tapi kami hanya mengandalkan sisa-sisa uang di dompet buat kemari. Apalagi dekorasi di pagar bangunan museumnya sudah buat kami merasa cukup mengagumi salah satu usaha Bang Andrea untuk menghidupkan literasi di Indonesia.
Jadi bangunan museum ini dulunya rumah keluarga Bang Andrea Hirata, tapi kebetulan Bang Andreanya lagi gak ada di Babel jadi makin kuatlah opini kami untuk tidak masuk ke dalam haha. Tapi Mona dan mas Eko berhasil ketemu sama keluarganya Bang Andrea, yaitu adik iparnya. Dari adik iparnya Bang Andrea itulah kami tahu kalau orangtuanya Bang Andrea sudah meninggal sejak tahun 2012.
Di dalam museum kata (foto colongan, read: motret dari kaca pagar) |
Oke, jadi di museum kata ini kami cuma foto-foto aja, sama ngintip ke dalam lewat kaca di tembok pagar, bagaimana sih rumah a.k.a museumnya Bang Andrea itu. Akhirnya kami pergi setelah kami mendapat nomor telepon Bu Muslimah dan sedeikit petunjuk tentang keberadaan tempat tinggal Beliau.
Kami awalnya agak kesulitan menemukan rumah Bu Muslimah karena beberapa sumber yang kami tanyai memberikan arah yang berbeda, apalagi telepon kami ke Bu Muslimah tidak diangkat. Modal bismillah dan sedikit merayu-rayu warga untuk memberi tau alamat yang benar, akhirnya kami bisa
sampai di rumah Bu Muslimah. Semesta mendukung lagi, kebetulan Bu Muslimah di rumah dan baru bangun dari tidur siang :D Jadi kejawab ya kenapa nomor Bu Muslimah tidak bisa dihubungi tadi.
Bersama Bu Muslimah, guru SD Muhammadiyah |
Setelah bersalaman dengan beliau dengan wajah haru mata berkaca-kaca, tanpa diminta Bu Muslimah langsung tarik napas panjang dan bercerita panjang lebar bagaimana muridnya yang bernama Andrea Hirata itu mengubah hidup Bu Muslimah menjadi tidak tenang karena mendadak jadi terkenal di Indonesia. Kalimat yang paling aku ingat dari beliau tuh ini, "Kurang ajar itu Andrea Hirata" :v
Jadi suatu hari, Bang Andrea datang menemui Bu Muslimah. Ia bilang ia akan jadi orang sukses. Ia bercerita kalau sekarang ia telah bekerja di Telkom, dan ia sedang menulis buku untuk mengenang masa-masa SD nya dulu. Bang Andrea juga memancing-mancing Bu Muslimah untuk mengingat kembali masa-masa Bang Andrea SD dulu. Kata Bu Muslimah "tak perlulah dikenang lagi, biar itu menjadi pengalaman sejati kita."
Kemudian beberapa waktu setelah pertemuan itu, buku yang ditulis Bang Andrea itu heboh dan dibaca sama teman anaknya Bu Muslimah. Dia bilang, "ada sebuah buku yang lucu banget, ditulis sama murid mak kau tu. Kau tau ndak? Mak kau tuh dulu saking miskinnya sampe pake bedak tepung waktu ngajar di SD Muhammadiyah itu." Marahlah anak Bu Muslimah itu, kemudian ngadu ke Bu Muslimah. "Mak, orang tuh dah heboh nih, Mak tu diketawain orang. Ah payah banget tu penulisnya kurang ajar banget, emak dihina-hina gitu. Jadi om itu bilang emak tuh ngajar pake bedak tepung beras gitu."
Berdalih karena malu, Bu Muslimah menjawab "Ah, lucu banget, itu apa ya?" Hahaha :D
Nasihat dari Bu Muslimah untuk kami, bahwa guru atau pendidik jangan pernah menyakiti hati muridnya. Karena seorang guru itu "digugu dan ditiru" segala sikapnya akan dikenang oleh muridnya.
Bu Muslimah juga mengakui bahwa setelah buku Bang Andrea heboh, barulah Belitung ini ramai dikunjungi. Dari Bu Muslimah juga kami tahu bahwa Museum Kata yang dibangun oleh Andrea Hirata adalah museum literasi kedua di dunia yang dibangun tanpa bantuan dari pemerintah. Andrea sengaja tidak menerima bantuan dari pemerintah dan bergantung pada tiket seharga 50k itu. Museum itu masih berkembang, karena masih butuh banyak dana untuk membuat museum itu lengkap.
FYI, 50k itu sebenarnya juga tidak mahal, karena sudah dapat souvenir buku dari Bang Andrea plus tandatangannya juga. Hm, jadi agak nyesal juga sih ga masuk ke museumnya.
Okelah, itu tadi ceritaku menelusuri jejak laskar pelangi di Gantong, Belitung Timur. Kami gak sempat ke Pulau Lengkuas a.k.a tempat syutingnya Laskar Pelangi yang pantai ada batu-batu tingginya itu. Waktu kami cuma sehari di Belitung dan besoknya harus nyebrang ke Bangka. Gak papa, itu jadi alasan kami harus balik lagi kesini.
Oh iya, info buat kamu yang mau kesini, mending kalau naik pesawat langsung turun di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin Belitung, yang letaknya di Tanjungpandan. Dari situ kamu lanjut perjalanan darat sekitar 1,5 jam ke Gantong, Belitung Timur. Di Belitung ini ada ojek online namanya GoodJek, GoJek juga ada. Kalau pake GoodCar biayanya sekitar 150k. Ada banyak hotel, motel, dan penginapan disini. Kalau mau yang lebih ngena sensasinya, backpacker juga bisa. Orang-orang disini sangat ramah pada pendatang. Saranku, kalau kamu beneran tersentuh dengan film Laskar Pelangi dan ngefans sama Bang Andrea Hirata, sempatkanlah berkunjung kemari. Kalau sempat juga, mampirlah ke Pulau Mendanau, 2,5 jam menggunakan kapal dan kau akan menemukan banyak surga laskar pelangi disana.
Ok, see you di postinganku selanjutnya ^_^
Wow..... Kalau aku belum sempat nulis tentang ENJ ini soalnya lagi sibuk tak jelas.... Tulisannya Mantap bangets... Sejauh pembacaan saya ilmunya dapet komedinya dapat.... Perfect lah
BalasHapusHahaha thanks Khalil, ditunggu tulisanmu di blog ya
HapusHhhhhhhhhh do'ain aja yah ran ������
HapusMantap sekali coretan pena mbak rani, pemilihan kosakata yg sangat mudah d'mengerti untk org yg suka berpetualang dgn imaji, super(sastrawan muda)...������
BalasHapusHehe terimakasih sudah mampir membaca :)
HapusMantap kawan ku ini, bangga aq. Setidaknya tulisanmu ini mewakili perjalanan kita, tim enj di Belitong. Thanks Rani.
BalasHapusYou're welcome bang, tanpamu juga cerita ini gak lengkap *ceilah* makasih lho udah mempromosikan tulisanku ini. Efek pertemanan dirimu yang luas itu hehe
Hapus