Halo, ini ceritanya ada penulis yang kepedean ngeshare proses kreatif (atau lebih tepatnya proses banting-tulang) perjuangan sampe novel #AlterEgo terbit. Yaelaaaah....
Aku sebenarnya gak terlalu suka (dan gak terlalu bisa) nulis ala diary gini. Karena udah kebiasaan main diksi dan EyD, jadilah tulisanku yang agak kaku. Tapi kalau ngomong lisan, jangan ditanya gimana ceplas ceplosnya aku. Rame deh kalo aku ngomong (mungkin selain karena nada suara yang keras khas orang Tegal asli).
Well, karena di balik penulisan novel #AlterEgo ini banyak pihak yang berperan, yang jika kuceritakan maka akan membuka semua (atau sebagian) kisah orang-orang hebat dan spesial di sekelilingku. Gak banyak sih, tapi mereka adalah orang-orang yang bersedia kurepotkan ntuk berdiskusi, bahkan saat orang lain menganggap remeh apa yang kukerjakan. Syedih kan? Yah... jadi kalian gak usah protes kalau gak kebagian novel gratis dariku, karena itu sudah dijatah buat "mereka" yang tidak banyak itu :)
Selain alasanku enggan berbagi buku gratis itu, karena aku menerbitkan buku ini dengan 0 rupiah alias gretongan. Naskahku dibeli oleh suatu penerbit mayor dan hak untuk penjualan buku ya ada sama mereka itu yang sudah menginvestasikan dananya demi 2500 eksemplar yang beredar di seluruh wilayah di Indonesia. Selain itu, aku sudah menyisihkan sekitar 150 eksemplar untuk dibagi-bagi secara gratis untuk kuis, hadiah lomba, promosi, dan lain-lain yang kupasrahkan kepada penerbit untuk pendistribusiannya. Jadi kalau mau buku gratis, pantengin terus twitter @lintas_kata, blog, dan akun facebook penerbit lintas kata ya ^_^
Okelah, kembali ke proses penerbitan. Kalau aku gak salah ingat, novel ini sudah kubuat sejak tahun 2012 lalu. Tepatnya kutulis dalam waktu sekitar 1 bulan saat liburan kenaikan kelas dari kelas 11 ke kelas 12 SMA. Idenya kudapat dari sebuah cerpen dimana aku pertama kali mengenal istilah kepribadian ganda, didorong oleh hasrat dan naluriku sebagai "si kembar" yang selalu ingin menciptakan tokoh kembar identik yang berbeda sifatnya.
Hehe mungkin beberapa dari kalian kaget mengetahui aku adalah anak kembar, tapi itu gak akan kubahas disini. Intinya aku adalah "si kembar" tunggal yang merasa beruntung dalam hidup.
Kaaan... melebar kemana-mana bahasannya. Ya beginilah aku, saking sukanya ngerumil (read: cerewet) aku sering lupa kalau lagi ngomong dengan microphone di depan audience. Sering banget aku ngomong kepedean di depan puluhan sampai ratusan orang entah itu nyampein pengumuman, atau sekadar sai hai. Saking rumilnya aku sampe pernah disorakin audience gara-gara suaraku yang melengking hebat cetarr membahana badaii. Duh... maaf khilaf.
Sorry yah, agak bercanda dikit. Ini biar kalian (yang udah pernah baca tulisanku) gak berpikiran kalau aku orang yang flat dan selalu serius. Yah, walaupun masih banyak yang bilag kalau aku flat dan terlalu serius sih. Tapi kurasa aku bisa menempatkan diri. Yah, kau memang perlu waktu untuk dekat dan benar-benar mengenalku. Berat banget sih Ran....
Hahaha :D
Yaudah deh, ini tak mulai ceritanya.
Jadi begini pemirsa, awalnya novel ini gak punya judul. Eh gimana ya bilangnya?
Intinya, dulu sebenarnya aku pengen bikin novel remaja yang asyik, seru, rame, banyak guyonnya, kayak rekomendasi dari seseorang (Ehem, sebut saja dia M :p). Yah, aku sih setuju karena aku sendiri suka novel yang kayak gitu. Ringan dibaca, dan bikin rileks. Tapi apa boleh buat, aku udah terlanjur cinta sama diksi yang indah dan sulit dipahami, tujuannya adalah supaya orang bisa mendapatkan banyak amanah (pesan) dari setiap kalimatnya. Yah seperti yang udah kubilang, aku suka ngomong banyak hal, jadi buat menyingkat halaman, aku bikin diksi yang punya banyak makna.
Well, seperti yang sering kulakukan, aku biasanya menjalani proses "bertapa" dulu sebelum mulai menulis. Bertapa disini bisa diartikan cari wangsit, yang pada kenyataannya adalah proses "bengong-di-kamar-sambil-ngerancang-alur cerita". Iya, gak usah heran kalau aku betah seharian di kamar, sampe diprotes keluarga dan tetangga-tetangga karena aku sukanya mendekam di dalam rumah. Bukan apa-apa, aku bengong karena mikir. Karena aku orang yang berprinsip dan cenderung ambisius, aku punya plan yang jadi pedomanku. Apa yang sudah kurencakan harus berjalan, baru memikirkan plan yang lain.
Rancangan alur-alur itu kubuat sistematis, misalnya bab 1 aku mau cerita tentang ini, bab 2 mau cerita tentang itu, dan seterusnya sampe terciptalah suatu draft. Ibarat koki, ini adalah adonan mentah yang siap diolah. Ya, beginilah caraku memasak novel ini (apaan coba). Apa gak bosan ran nulis mulu? Ya bosan jelas ada, tapi lagi-lagi karena ada seseorang yang udah kujanjiin terbitan novel ini, jadi itu jadi semacam pecut buat aku. Sok iyee banget kan... :p yah, kalian pasti tahu rasanya kalau sedang mengerjakan sesuatu yang jadi "passion" kalian, cinta mati kalian, dunia kalian.
Entar aku cerita di lain waktu kenapa aku memilih "nulis" sebagai passionku. Dulu waktu SMA bahkan aku sempat pengen keluar sekolah gara-gara keasyikan nulis, dan merasa aku udah cukup hidup dengan nulis. Belagu banget kan? yah, namanya juga remaja ababil.
Bersambung....
Maaf ya putus-putus, biar kalian penasaran hihi :p
Selasa, 26 Mei 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar