Kamis, 19 Desember 2013

Kampus, Kuliah, dan Kebebasan

Source: Google

Yes, sehari lagi dan kuliah semester ini akan berakhir :D agak gak percaya ya? Tapi begitulah kenyataannya, aku tinggal nunggu tahun depan buat ujian akhir semester :P
Aku yang lagi males beraktivitas mencoba mengusir rasa malas ini dengan menulis di blog ini. Awalnya gak ngerti mau nulis apa, tapi kemudian muncul ide ini, ya KEBEBASAN.
Karena sesuai tema hari ini, aku bebas. Gak ada kuliah, walaupun ada sih tugas buat besok. Bukannya ngerjain tugas, dari subuh aku malah ngedownload banyak ebook buat makanan waktu liburan nanti. Aku rela menyingkirkan kantukku karena cuma tidur 3 jam semalam demi nge-net.
Ya, aku bebas. Aku bebas ngapain aja, mau aku peduli sama tugasku atau gak, itu urusanku. Itulah mahasiswa. Kalau kupikir-pikir, mahasiswa itu gampang ngaturnya, kalau mau lulus cepet, belajarlah terus biar IP mu bisa cumlaude dan bisa ngambil sks sebanyak mungkin, kalau perlu ngambil SP (semester pendek). Jadi kelulusan itu bisa diatur oleh mahasiswa itu sendiri, kecuali sudah di ambang batas semester yang sudah ditetapkan oleh perguruan tinggi, gak lulus-lulus, ya tetep bakal keluar dengan DO.
Memang benar dunia mahasiswa itu dunianya kebebasan, terkadang malah bisa terlalu bebas. Ya, bisa kaubayangkan jika seumur hidupmu (sebelum jadi mahasiswa) kamu selalu diawasi oleh orangtuamu, ditelponin terus kalau belum pulang, duh terkekang deh. Tapi setelah jadi mahasiswa gak ada lagi yang mengawasimu (kalau ngekos). Ini yang bahaya kalau kebebasan itu digunakan lebih dari semestinya dan untuk hal yang negatif.
Tapi jangan cuma lihat sisi negatifnya, kalau aku pribadi merasakan sisi positif dari kebebasan ini. Apa aja tuh?
Pertama, aku belajar bertanggungjawab dari kebebasan ini. Apapun yang kulakukan, keputusan apa yang kuambil, baik itu menyangkut diriku sendiri atau juga orang lain, aku harus mempertimbangkan konsekuensinya. Malu dong udah gede gak bisa bertanggungjawab. Apalagi jika kita masih ditanggung orangtua, harusnya sih nyadar ya kita harus mempertanggungjawabkan kepercayaan mereka. Apa yang kita perbuat di masa muda bisa terjadi pada anak kita nanti :)
Kedua, aku belajar melakukan pekerjaan dengan ikhlas. Tentu mengerjakan sesuatu yang diniati dalam hati dan ikhlas pasti akan lebih menyenangkan dan terasa ringan daripada jika kita mengerjakan sesuatu karena dipaksa atau dituntut. Benar kan? Dari ngekos, aku yang awalnya malas mengerjakan pekerjaan rumah sekarang jadi lebih senang menjalaninya, karena mau gak mau aku harus melakukannya kalau ingin hidupku terus berjalan.
Ketiga, aku belajar menargetkan sesuatu. Dari ospek, para pemateri selalu mengarahkan untuk menulis "100 impian" dan kemudian memajangnya di kamar kos. Katanya impian yang ditulis itu akan lebih sering terkabul, dan menurutku benar, 4 bulan kuliah aku sudah memberi tanda checklist (v) di beberapa daftar impianku :)
Mau kamu secuek apapun sama hidupmu, pasti kamu pernah menargetkan sesuatu. Tak perlu munafik bahwa semua orang pasti punya sifat ambisius, menulis impian bukan berarti kita terlalu ambisius, itu bisa jadi pengingat kita bahwa kita harus memperjuangkan mimpi tersebut. Ingat dong novel 5 cm, "gantungkan impianmu 5 cm di atas keningmu". Emang enak ya hidup tanpa kerangka tujuan? Bangun tidur bingung mau ngapain? Enak gitu hidup yang lempeng-lempeng aja? Think again.

Yah, itulah sisi positif dari kebebasan yang kurasakan. Kebebasan memang hak asasi manusia, tapi juga ingat untuk menggunakan kebebasan itu untuk hal-hal yang positif. Jangan sampai masa mudamu berlalu dengan kesia-siaan yang terjadi karena kesalahanmu dalam mengambil pilihan, kalau di masa mudamu kamu sudah hancur, bagaimana kamu akan menatap masa depan? Hidup jauh lebih indah jika kamu mau bersyukur ;)

0 komentar:

Posting Komentar